Literasi Digital bagi Generasi Milenial di Era Revolusi 4.0
Revolusi
kedua (2.0) mulai dari tahun 1913 abad ke-20, perubahan ini ditandai dengan
ditemukannya listrik dan adanya produksi mobil secara masal. Revolusi ini menggantikan mesin uap, karena telah
ditemukannya, listrik dan lampu. Jadi cara memproduksi barang digantikan
melalui pemakain mesin dengan listrik. Revolusi industri ketiga (3.0) dimulai
pada awal tahun 70-an. Penemuan ini ditandai dengan munculnya komputer dan
robot yang bisa bergerak secera otomatis. Banyak pekerjaan manusia yang sudah
dibantu dengan komputer dan robot, sehingga semakin mempermudah pekerjaan dan
bisa menghasilkan barang yang banyak.
Sekarang
ini abad 21, eranya revolusi 4.0 yang berpotensi pada meningkatnya kualitas kehidupan
masyarakat di seluruh dunia. Teknologi canggih sudah sangat akrab dengan kita
sejak diumukannya masa revolusi 4.0 ini oleh Jerman pada tahun 2010-an.
Internet bukanlah barang baru lagi, semua kehidupan manusai dipengaruhi oleh
adanya internet. Hampir semua kegiatan manusia sekarang ini memenggunakan situs
digital. Dari yang kecil sampai yang tua sudah tahu dengan yang namanya
internet. Dengan kemajuan teknologi internet atau cyber ini, banyak menimbulkan
dampak bagi gaya hidup masyarakatnya.
Tidak terkecuali perubahan gaya hidup generasi yang
ada di zaman ini. Mereka adalah generasi milenial yang sudah jarang membaca
buku karena hanya berfokus pada gawai saja. Mereka lebih senang berkutat dengan
gawainya dari pada membaca buku. Mereka disebut juga
dengan generasi Langgas (Bebas). Bebas mencari dan mendapatkan informasi dari
mana saja. Untuk bisa membawa mereka
menjadi generasi yang aktif dan kreatif, kita harus bisa memanfaatkan kegemaran
mereka tersebut dengan adanya gerakan literasi digital. Bagi milenial yang
hidupnya selalu ditemani oleh teknologi ini, kita asah mereka untuk bisa
mencari semua informasi yang bisa membawa perubahan positif bagi perkembangan
individu mereka.
Bagaimana cara
membawa perubahan yang positif tersebut? Sebagai guru, yang jelas gerakan
literasi digital juga harus dipadu padankan dengan literasi baca tulis di buku.
Biarlah mereka mencari informasi dengan teknologi digitalnya, namun tetap pandu
mereka untuk bisa berkolaborasi dan mengomunikasikan apa yang mereka dapat di
depan forum-forum diskusi di depan kelas. Itulah peran kita sebagai guru untuk
bisa menjadikan kaum milenial sekarang menjadi sumber daya manusia yang aktif,
kreatif, berpikiran kritis dan bisa berkomunikasi dan berkolaborasi dalam
kehiduan nyata mereka. Jangan biarkan mereka berselancar di dunia maya tanpa
menyadari bahwa mereka sesungguhnya hidup di dunia nyata.
Atas dasar itulah gerakan literasi digital mulai
diperkenalkan saat sekarang ini. Kita tidak akan lepas dengan yang namanya
teknologi. Apalagi gawai, sudah semua orang menggunakan teknologi ini. Kenapa
kita tidak bisa memanfaatkannya bagi kemajuan ilmu generasi milenial kita?
Literasi adalah istilah umum yang merujuk kepada
seperangkat kemampuan dan keterampilan individu dalam membaca, menulis,
berbicara menghitung dan memecahkan masalah. Pada tingkat keahlian tertentu,
semua hal yang harus dimiliki oleh setiap individu dalam kehidupan sehari-hari.
Sehingga literasi tidaklah bisa lepas dari kemampuan berbahasa. Dan teknologi digital sekarang inilah sebagai
pembantu untuk mewujudkan generasi yang melek literasi. Kita asuh mereka untuk
berselancar mencari informasi yang dibutuhkan, dengan memberi tahu situs-situs
yang bagus untuk mereka. Mengasah mereka dalam menuliskan semua informasi yang
telah mereka dapat di gawainya dan menjadikan sebuah kumpulan karya berupa
buku.
Sebagai generasi milenial yang melek literasi
seharusnyalah kita sebagai guru, harus mampu meningkatkan
kemampuan mereka dalam
merangkai kata yang bermakna dan menuliskanya kembali dengan baik. Tulisan
merupakan jejak rekam dan bukti sejarah
peradaban manusia yang berupa peristiwa, pengalaman, pengetahuan, pemikiran,
dan ilmu pengetahuan. Tulisan dapat menembus dan menelusuri lorong ruang dan
waktu di masa lampau. Jika saja di zaman ini tidsak ada lagi tulisan atau orang yang
menulis, niscaya kita akan kembali ke zaman pra-sejarah. Faktanya zaman sekarang bisa
dikatakan sebagai peradaban tulisan atau dunia teks. Terbukti banjirnya
informasi yang kita terima setiap hari dari berbagai media cetak maupun
elektronik sebagian besar berbentuk teks atau tulisan. Singkat kata, tulisan
telah mengisi seluruh ruang kehidupan manusai modern di era milenial seperti
saat ini.
Walau
bagaimanapun dunia berubah, generasi berganti, tidak akan mungkin kita akan
hanya berdiri saja menatap mereka dengan antipati tanpa bisa berbuat untuk
mereka lebih maju lagi. Kitalah gurunya, kitalah manusia pendamping bagi mereka
menuju pintu gerbang kesuksesan mereka di masa depan. Jadilah guru yang memang
melek ilmu, karena menjadi guru tidak hanya belajar satu kali, tapi belajar
berkali-kali. Kalau kita tidak ingin dikebiri oleh imu dan teknologi.
Tidak ada komentar