Breaking News

Kesalahan yang Sering Terjadi dalam Menulis


Banyak para penulis pemula yang masih banyak melakukan kesalahan dalam pengeditan tulisannya. Terlepas dari saltik atau salah ketik, ada juga penulis yang kurang paham penggunaan penulisan kata atau partikel.
Kesalahan yang sering terjadi dalam menulis diantaranya adalah penulisan kata depan, imbuhan, partikel, tanda hubung, kata ganti dan lain-lain. 
Berikut akan kita kupas kesalahan yang sering terjadi dalam menulis 😊

1. Penempatan Kata depan dan imbuhan ‘di’
Tidak bisa dimungkiri jika masih banyak penulis yang sering kali salah dalam menulis kata 'di' yang harusnya dipisah justru ditulis gabung.
Penulisan kata 'di' yang menyatakan tempat, letak, dan waktu ditulis terpisah, sedangkan yang menyatakan kata kerja ditulis serangkai.
Contoh penggunaan kata 'di' yang ditulis terpisah :
di mana
di sana
di kala
di saat
di antara
di samping
di atas
di hati
di mata
dll
Contoh penggunaan kata 'di' yang ditulis serangkai :
dimakan
dibaca
dieja
disisir
dll
Namun adakalanya kata ‘di’ yang bisa ditulis pisah dan gabung sesuai makna. Contoh : 
- Nesya sedang sembahyang di langgar.
(Langgar : menyatakan tempat) 
- Peraturan yang dibuat tidak boleh dilanggar.
Contoh lain : 
- Altha bersembunyi di balik pintu.
- Menggoreng ayam harus dibalik.

2. Penggunaan Partikel 'pun'
Sejatinya partikel 'pun' ditulis terpisah dengan kata yang menyertainya.
Contoh :
aku pun
apa pun
sedikit pun
siapa pun
dll
Catatan :
partikel pun yang merupakan unsur kata penghubung penulisannya disatukan karena dianggap padu. Di antaranya adalah :
adapun
andaipun
ataupun
bagaimanapun
biarpun
kalaupun
kendatipun
maupun
meskipun
sungguhpun
walaupun
sekalipun
Ada 7 cara penggunaan tanda hubung, tetapi yang sering salah adalah pada saat tanda hubung digunakan untuk menyambung unsur kata yang diulang.
Di mana letak kesalahannya? Kebanyakan penulis awam menulisnya dengan menggunakan spasi, seperti : anak - anak, lalu - lalang. Penulisan seperti itu jelas salah.

4. Penggunaan Kata Hubung Dan, Namun, dan Tetapi
Nah, ini nih yang paling banyak salahnya. Banyak penulis yang sering menulis kata 'dan' di awal kalimat bahkan paragraf. Mimin pernah disemprot Editor saat pertama kali ikutan kelas menulis online hanya karena penempatan kata 'dan' yang salah.
Contoh penggunaan kata 'dan' :
- Aku dan kakak akan pergi bermain.
- Aku, ibu, ayah, dan kakak akan pergi tamasya.
Jika hanya ada dua unsur kata atau kalimat kata 'dan' tidak perlu memakai koma. Jika lebih dari dua unsur kata atau kalimat, maka sebelum kata 'dan' didahului oleh tanda koma.
Contoh salah kata 'dan' : 
- Aku tak tahu harus apa saat melihatmu bersamanya. Dan hati ini seketika hancur.
Penggunaan kata namun dan tetapi, perhatikan bedanya :
- Meskipun kamu bukan yang pertama, tetapi kamu adalah pelabuhan hatiku yang terakhir.
- Aku tidak pernah membenci. Namun, aku belum bisa memaafkanmu.
Kata hubung 'tetapi/tapi' ditulis setelah koma. Sedangkan kata 'namun' ditulis setelah titik dan diberi tanda koma setelahnya.

5. Penggunaan Kata Ganti/Klitik ku, mu, dan nya.
Kata ganti ku, mu, dan nya ditulis serangkai dengan kata yang menyertainya.
Contoh :
kubaca
kuraih
kudengar
kulihat
milikku
hatiku
ibuku
rumahku
matamu
bukumu
miliknya
dll
Kecuali, jika ditulis dengan kata singkatan.
Contoh :
WA-ku
SIM-ku
KTP-mu
dll
Nya untuk mengartikan Tuhan ditulis memakai huruf kapital :
Takdir-Nya
Kuasa-Nya

6. Serangan Kata Sama
Pernah membaca cerita yang memiliki serangan kata 'ku' atau 'nya'?
Contoh : 
- Ketika aku ke rumah pacarku, aku melihat pacarku sedang bercumbu dengan temannya.
Coba hitung ada berapa kata 'ku/aku' pada contoh kalimat di atas! Mari kita ubah menjadi lebih efisien tanpa mengurangi mengubah maksud cerita.
- Ketika ke rumah pacar, aku melihat dia sedang bercumbu dengan temannya.
Contoh lain :
- Aku menatapnya, membelai rambutnya dan tersenyum padanya.
Suka keseleo lidah kalau baca tulisan macam kalimat di atas. Coba kita buang kata 'nya' yang meluber itu sehingga menjadi :
- Aku menatap sambil membelai rambutnya dengan sebuah senyum.
Lebih simpel, tapi tidak mengubah maksud cerita.

7. Minim Kata
Selalu memakai kata yang sama dalam satu kalimat/paragraf. Untuk mengatasi ini, penulis harus pandai memilih diksi sinonim kata.
Contoh :
- Ibu pergi ke pasar, lalu pergi ke rumah sakit untuk menjenguk bibi , lalu menjemput ayah di Bandara.
Coba kita ganti menjadi :
- Ibu pergi ke pasar, lalu ke rumah sakit menjenguk bibi. Selanjutnya ibu menjemput ayah di bandara.

8. Pemborosan Kata
Ingin terkesan memiliki narasi panjang, tapi justru malah boros kata dan kalimat menjadi tidak efektif.
Contoh :
- Saat aku masuk ke dalam rumah, kulihat dengan mataku sendiri istriku sedang berselingkuh.
Oke, mari kita ubah menjadi lebih efektif. Pertama, buang kata dalam karena kalau masuk pasti ke dalam, tidak ada masuk ke luar. Kedua, buang kata mata karena kalau melihat ya pakai mata, enggak ada melihat pakai kaki. Ketiga, buang kata ku pada kata istriku karena itu setting di rumah sendiri kalau bukan istri tokoh utama lalu istri siapa?
Maka, akan menjadi seperti ini :
- Saat memasuki rumah, aku melihat istri sedang berselingkuh.
Contoh lain :
- Andi menengadahkan kepala ke atas langit, menikmati tiap tetes hujan yang turun dari langit.
Oh, hello ....
Langit adanya di atas maka buang kata atas. Lalu hujan, memang datangnya dari mana kalau bukan dari langit? Jadi, buang saja kata langit. Menengadah itu artinya menatap ke atas mendongakkan kepala ke atas, jadi buang saja kata kepala.
Maka, kalimatnya akan menjadi seperti ini :
- Andi menengadah ke langit, menikmati tiap tetes hujan yang turun.
Satu lagi contoh yang sering digunakan penulis : 
-Andi melangkahkan kakinya gontai masuk ke dalam kamar.
Ayolah, namanya melangkah pasti menggunakan kaki, kan? kecuali jika tokohmu cacat. Jadi, kalimat efektifnya akan menjadi : 
- Andi melangkah gontai ke dalam kamar/ Andi melangkah gontai masuk kamar. 

9. Inkosistensi Kata Ganti
Coba perhatikan apa yang salah dalam tulisan ini :
- Saya hanya wanita biasa yang saat kau datang hatiku sedang rapuh dan kamu membawa cinta untukku.

Awal kalimat memakai kata saya, tapi mengapa berubah menjadi aku? Cobalah untuk konsisten dalam setiap cerita yang kita buat.

Kecuali, jika dalam dialog. Contoh :
- Aku menunduk seraya berkata, "Maafkan saya, Bu Guru!"

10. Penggunaan Dialog Tag
Dialog tag adalah frasa yang mengikuti dialog, bukan dialognya. Simpelnya adalah keterangan dari pengucapan tokoh. 

Dialog tag bisa berupa : ucap, ucar, kata, tanya, jawab, bisik, cecar, rajuk, bujuk, elak, sangkal, dll.
Apa pun tanda bacanya, dialog tag selalu pakai huruf kecil. 
Catatan : dialog tag tidak pakai titik (.)
Contoh :
“Aku akan di sini saja,” ucap Andi.
“Sendirian?” tanya Devi.
“Ikut saja dengan kami!” kata dee.
“Tidak, aku akan tetap di sini saja. Menunggunya ...,” lirih Andi.
Namun, jika dialog tag berada di awal maka akan seperti ini : 
- Andi tersenyum lembut sambil berkata, “Tidak apa, aku sudah terbiasa seperti ini.”

Tidak ada komentar