Breaking News

Fitrah Keimanan pada Anak


Anak lahir dalam keadaan fitrah (QS. 7:172 ). Anak adalah anugerah terbesar yang diberikan oleh Allah kepada setiap insan yang bernama orang tua. Fitrah keimanan sudah ditanamkan oleh Allah pada setiap anak. Setiap anak telah bersaksi bahwa Allah adalah tuhan mereka. Mereka dilahirkan bersih dan suci tanpa noda, diibaratkan seperti tabula rasa atau kertas putih polos, lingkungannya lah yanga akan menwarnai kertas tersebut sesuai dengan pemahaman-pemahaman yang mereka dapat di sekitarnya, terutama keluarga dan orang tua. 
Bagaimanakah cara memberikan dan menumbuhkan fitrah keimanan kepada anak?  Apakah sama cara setiap orang tua dalam menanamkan pendidikan yang diberikan kepada anaknya? Pendidikan yang diberikan seharusnyalah bukan hanya sekadar proses mengajarkan menulis dan membaca, mempersiapkan dan mengejar agar masuk universitas ternama saja. Mendidik juga bukan menyerahkan anak ke sekolah agama agar dilatih menjadi penghapal alquran, lalu kita sudah merasa aman. Lebih dari itu, sebagai orang tua kita harus bisa menjadi panutan dan  menumbuhkan fitrah keimanan pada anak semenjak dini. Proses pendidikan keluarga adalah proses mengenal Rabb-nya, mencintai Rabb-nya, akidah, akhlak, serta ibadah yang utama. Selain itu, adalah pendukung untuk meraih surga-Nya. 
Apabila semua keluarga dan orang tua sudah bisa memberikan pendidikan dan menumbuhkan fitrah keimanan sejak dini kepada anak, maka akan muncul lah anak-anak dan manusia yang handal dan beriman kuat di masa depan. Akan hadir anak-anak yang tahu adab dan berakhlak mulia serta berkarakter. Dalam tuntutan kurikulum saat ini lebih  mengedepankan nilai karakter kepada anak didik. Kenapa bisa demikina? Karena memang karakterlah modal utama dalam menjalani kehidupan ini. Apapun yang dilakukan dalam setiap lini kehidupan dan pekerjaan semua membutuhkan adab dan karakter yang mulia. Apakah itu nilai religius, sosial, tanggung jawab, kerja keras, disiplin, dan masih banyak karakter-karakter positif lainnya yang harus di bina sejak dini. Jika nilai karakter dan fitrah keimanan ini sudah melekat dalam diri anak, maka itu akan bersifat permanen dan tahan lama. Harus kita sadari bahwa penanaman nilai karakter dan fitrah keimana anak itu tidak bisa di ajarkan, namun dicontohkan untuk diteladani oleh anak-anak. Dari mana mereka dapatkan? Ya dari keluarga khususnya orang tua. 
Kenapa harus sejak usia dini menanamkan dan menumbuhkan fitrah keimanan dan nilai karakter ini pada anak? Karena mendidik anak sedini mungkin lebih baik sebelum lingkungan mengajarkan banyak hal kepada mereka. Sebelum mereka melangkah ke luar rumah, penanaman fondasi keimanan harus kita teladankan kepada anak. Semua bisa dilakukan dalam keseharian kita kepada anak. Pendidikan anak sejak usia dini, bagaikan mengukir di atas batu. Ukirannya  begitu kokoh dan berlaku seumur hidup dan bersifat permanen. akan membekas sepanjang umur mereka. Jadi sudah seharusnyalah orang tua menyadari hal tersebut dan mengisi hari anak-anak di masa umur keemasan mereka yang sering disebut dengan golden ages dengan hal-hal yang bermanfaat dan menjadi kenangan seumur hidup mereka. 
Apa yang harus ditanamkan kepada anak usia dini dalam menanamkan fitrah keimanan nya ini? Merujuk kepada Alquran dan hadist, Allah sudah punya standar keimanan kepada hamba-Nya yang disebut takwa. Takwa itu lah yang akan ditanamkan kepada anak sejak dini, bagaimana menanamkan mental percaya bahwa segala sesuatu itu ada yang mengatur, dan setiap hal yang akan kita lakukan juga ada aturannya.  Prosesnya memang tidak mudah dan tidak instan, namun kita bisa lakukan dengan sungguh sungguh dan secara terus menerus maka tidak akan ada yang tidak bisa. Anak adalah investasi akhirat, sebab doa anak yang sholeh yang akan sampai kepada orang tuanya di akhirat kelak, oleh karena itulah sudah selayaknya kita mempersiapkan investasi kita sejak didni. Regenerasi ketakwaan akan berjalan mulus sampai akhir hayat dan sampai kita meninggalkan dunia ini jika bisa mempersiapkan mereka anak-anak dan buah hati kita sebagai investasi terbaik dalam hidup. 
Tanpa disadari, bahwa saat ini kita sedang bertarung dengan makar iblis? Allah telah memberi peringatan, “Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh syaitan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapamu dari surga, ia menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya 'auratnya’. Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan syaitan-syaitan itu pemimpin-pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman.” (QS, Al A'raf: 27). Apa target capaian Iblis sesungguhnya? “Jika Engkau memberi tangguh kepadaku sampai hari kiamat, niscaya benar-benar akan aku sesatkan keturunannya, (manusia) kecuali sebagian kecil dari mereka yang beriman dan bertakwa (QS, Al Isra' : 62). Ini adalah jawaban dari iblis. 

Mendidik dan menanamkan fitrah keimana sejak dini kepada anak adalah misi peradaban besar, investasi paling serius dalam proses meninggalkan jejak. Kita sedang mencetak warna generasi penerus, itu sebabnya mendidik anak akan diminta pertanggungjawabannya langsung oleh Allah di akhirat kelak. Apalagi sekarang ini, di abad-21, generasi milenial sudah sangat maju dengan semua teknologi yang menunjang aktivitasnya. Sangat banyak tantangan yang akan dilalui dalam mendidik para milenial saat ini. Apabila kita tidak didik mereka sejak usia dini, maka akan semakin kompleks lah permasalahan yang akan kita hadapi di masa depan. Semakin maju peradaban. maka manusianya semakin sudah di atur,  itu sudah menjadi suatu keniscayaan.
Lalu apa langkah yang harus ditempuh agar anak-anak kita bisa kembali kepada fitrahnya? Pertama, perbaikilah komunikasi kita kepada anak, sebagai orang tua kita harus bisa memperbaiki cara komunikasi kepada anak, karena cara komunikasi yang salah akan menyebabkan masalah yang lebih besar lagi bagi anak. Kedua, hadirlah sebagai sosok yang menyenangkan sehingga anak menjadikan kita orang tuanya sebagai teman curhat dan tempat bercerita. Ketiga, ajarkan anak bagaimana cara mencintai, cinta kepada Tuhannya, dan cita kepada sesama. Cintai mereka setulus hati maka mereka akan mencintai kita sepenuh jiwanya. Kecintaan yang muncul dari hati lebih penting dari pada sekadar ungkapan tanpa makna.   Dengan menanamkan konsep cinta kepada Tuhannya, anak akan menyadari mengapa mereka harus sholat, mengapa harus puasa, mengapa mereka harus bersikap baik pada sesama mahluk, dan mengapa-mengapa lainnya yang dilandasi oleh rasa cinta. 
Untuk semua jawaban mengapa merka adalah bahwa  Allah cinta dan sayang kepada kita. Dengan menjalankan perintah-Nya adalah bentuk kecintaan Hamba pada Rabb-nya. Tanamkan terus menerus konsep dicinta dan mencintai Rabb pada anak, agar sepanjang masa nilai berharga dirinya terletak pada ridho Allah, bukan yang lain. Jika anak bertanya apa yang dimaksud cinta, beri tahu mereka dengan contoh belaian orang tua. Jika anak sudah usia di atas 7 tahun, ajarkan pula bentuk cinta tak selalu indah di awal. Allah larang kita ini itu pun adalah bentuk cinta. Agar suatu saat anak menghadapi hal yang sulit, ia akan terus berpikir segala ketetapan Allah adalah bentuk cinta dan hikmah dalam hidupnya. 
 

2 komentar:

  1. Kebahagian kita jika berhasil mendidik anak menjadi anak yang sholeh. Semoga Allah swt memudahkan usaha kita

    BalasHapus