Pengoptimalan Bonus Demografi
Pengoptimalan
Bonus Demografi
Dilla, S.Pd
Guru
SMP Islam Al-Ishlah Bukittinggi
Berbicara masalah kependudukan. Apa yang
terbayang dalam benak Anda? Apakah tentang urutan negara kita yang masuk empat
besar negara terpadat di dunia? Ataukah tingkat kesejateraan bangsa yang jauh
dari harapan? Yang jelas masalah kependudukan tidak bisa kita pandang sebelah
mata. Karena semakin besar jumlah penduduk suatu bangsa, semakin besar pula
tantangan yang akan dihadapi oleh bangsa tersebut untuk mewujudkan
kesejahteraan yang menyeluruh bagi bangsanya.
Menurut Biro Sensus Amerika Serikat,
Indonesia saat ini telah masuk ke dalam peringkat 4 besar penduduk terpadat di
dunia. BPS-RI mencatat jumlah penduduk Indonesia per Juli 2017 lebih dari 262
juta jiwa. Setiap harinya terdapat hampir 15.000 bayi lahir di Indonesia. Maka,
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional atau Bappenas memperkirakan Indonesia
akan mengalami titik puncak Bonus Demografi pada tahun 2020 s.d 2035. Diibaratkan
seperti pisau bermata dua, akankah hal ini membawa peluang dan berkah atau
justru membawa ancaman tersendiri bagi bangsa ini.
Bonus demografi adalah kondisi dimana
penduduk usai produktif lebih banyak dari pada usia non produktif. (usia produktif
yaitu, rentang usia 15 – 64 tahun). Bonus demografi ini tentu akan membawa
dampak terhadap pembangunan. Salah satunya menyebabkan angka ketergantungan
penduduk, yaitu tingkat penduduk produktif yang menanggung penduduk non
produktif (usia tua dan anak-anak) akan sangat rendah, diperkirakan mencapai 44
per 100 penduduk produktif. Tentu saja ini merupakan suatu berkah. Melimpahnya
jumlah penduduk usai kerja akan menguntungkan dari sisi pembangunan sehingga
dapat memacu pertumbuhan ekonomi ke tingkat yang lebih tinggi. Imbasnya, adalah
meningkatnya kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.
Jika laju pertumbuhan penduduk terus
meningkat, tanpa adanya jalan keluar dan cara mengatasinya, maka akan muncul
masalah kependudukan di antaranya: tingkat pendidikan menjadi rendah, tingkat
kesehatan masyarakat juga akan rendah, akan terjadi pemerataan penduduk yang
tidak seimbang, daya dukung alam dan ruang semakin tertekan akibat pertambahan
kebutuhan penduduk untuk pangan, perumahan, dan fasilitas publik yang tidak
seimbang. Income perkapita juga akan rendah, tingkat kemiskinan akan meningkat,
karena kemampuan anggaran pemerintah semakin berkurang untuk membangun
fasilitas publik dan pelayanan penduduk
yang bertambah banyak. Tingkat pengangguran juga akan tinggi, karena
daya saing sumberdaya manusia masih sangat rendah menghadapi era globalisasi
dan era bonus demografi ini. Tingkat urbanisasi yang tidak terbendung akan
mengakibatkan kesenjangan ekonomi, kepadatan penduduk, kawasan kumuh, dan
degradasi lingkungan serta kerawanan sosial.
Selain berkah, bonus demografi bisa berbalik
menjadi bencana. Jika bangsa ini tidak mempersiapkan kedatangannya. Untuk itu
kita perlu mempersiapkan dan mengoptimalkan potensi yang ada secara matang.
Jika kita bisa mengoptimalkan hal tersebut, kita bisa memanfaatkan peningkatan
pertumbuhan ekonomi, sehingga akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Apa yang perlu kita persiapkan dalam
menyongsong bonus demografi ini? Beberapa hal yang perlu kita persiapkan
adalah: dengan melindungi penduduk yang sudah bekerja agar dapat terus bekerja.
Membuka kesempatan atau lapangan kerja agar angkatan kerja baru memperoleh
tempat untuk bekerja. Memvasilitasi penduduk yang bekerja terus bekerja dan memiliki
produktivitas yang tinggi. Menyiapkan angkatan kerja baru agar memiliki
kompetensi yang tinggi sesuai permintaan pasar tenaga kerja.
Tidak ada komentar