Breaking News

Revitalisasi Bahasa Minangkabau oleh Balai Bahasa Sumatera Barat

  Pelaksanaan Revitalisasi Bahasa Minangkabau 


            Bimbingan Teknis Guru Utama Revitalisasi Bahasa Minangkabau Angkatan II tahun 2024 dilaksanakan oleh Balai Bahasa Provinsi Sumatera Barat di Hotel Rocky Bukittinggi, pada tanggal 13-16 Mei 2024. Kegiatan ini bekerja sama dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Bukittinggi, Kabupaten Agam, Kabupaten Pasaman, dan Kabupaten Pasaman Barat. Kegiatan yang dilakukan selama 4 hari 3 malam ini sangtalah menarik dan mendatangkan narasumber hebat yang ahli di bidangnya masing-masing. Memang tidak main-main kalau Balai Bahasa mengangkat suatu kegiatan. 

                Kegiatan Revitalisasi ini diangkat untuk kembali melestarikan dan menggiatkan bahasa daerah kepada masyarakat khususnya anak-anak sekolah. Kenapa? Karena berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh balai bahasa, ternyata penutur bahasa Minangkabau ini sudah sedikit dan banyak anak-anak yang tidak mengenalnya lagi. Karena pada umumnya saat ini hampir di setiap rumah di Minangkabau sudah menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa keseharian di rumah tangga. Sebelum bahasa daerah kita ini punah, maka diangkatlah kegiatan ini dengan maksud untuk kembali melestarikan bahasa Minangkabau. Karena banyak anak-anak kita tidak lagi mengenal kosa kata bahasa Minangkabau, karena mereka sudah jarang mendengarnya. 

            Padahal menurut penelitian, kata Ibu Dr. Eva Krisna Kepala Balai Bahasa Provinsi Sumatera Barat, "Anak-anak mampu menguasai maksimal 12 bahasa dari berbagai daerah dan negara, tanpa kehilanagan salah satunya jika menguasai bahasa lainnya." jadi tidak ada alasan untuk tidak mengenalkan bahasa daerah kepada anak-anak kita. Sesuai dengan Tri Gatra Bahasa yang selalu digaungkan oleh balai bahasa yaitu; Utamakan Bahasa Indonesia, Lestarikan Bahasa Daerah dan Kuasai Bahasa Asing. 

          Kegiatan Revitalisasi ini diikuti oleh 51 orang peserta yang berasal dari 4 kabupaten kota yang telah dipetakan oleh balai bahasa. Sebelumnya angkatan I telah dilaksanaka di Kabupaten Solok, Tanah Datar, Sijunjung, Sawah Lunto  dan Darmasraya. Kegiatan yang dimulai pada pukul 15.00 WIB ini dibuka secara langsung oleh Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Bukittinggi. Bapak Eriman, SH, M.Hum menyampaikan bahwa mulailah membudayakan kembali bahasa Minang dengan menggunakan di dalam rumah tangga masing-masing.



Mari Bacarito 

         Kegiatan Bimtek di hari pertama membahas tentang bacarito dalam bahasa Minangkabau. Narasumber yang dihadirkan adalah S.Metron Mardison yang merupakan tamatan Sastra Indonesia UNAND. Beliau adalah seorang aktor, sutradara dan juga penulis yang karyanya sering menang di berabagai ajang perlombaan khusunya dengan tema kearifan lokal Minangkabau. Tema yang diangkat adalah pembelajaran bacarito dan bagaimana kita sebagai seorang guru kembali mengenalkan penggunaan bahasa daerah sesuai dengan logat dan langgam masing-masing daerah tempat kita bertugas dan berasal. Tidak bisa dipungkiri, kalau bahan cerita anak sangat banyak, namun cerita anak yang dikemas dalam bentuk kerifan lokal dan berbahsa Minangkabau sangat sedikit atau bisa dikatakan tidak ada. Oleh karena itulah balai bahasa sebagai ujung tombak pelestarian bahasa daerah menganggarkan kegiatan ini di kementrian. Karena memnag sudah mulai sedikitnya penutur bahasa Minang di Sumatera Barat, jika ini tidka diatasi, bisa jadi bahasa Minagkabau akan punah. 

 Badendang Kito 

        Masuk pada hari kedua, menghadirkan narasumber Ulia Novita, seorang seniman muda Sumatera Barat yang sempat viral dendangnya di tiktok dan sudah memiliki album dendang dan juga lagu bahasa Minag. Mita panggilan kecilnya, memukau para peserta dengan dendang yang dimainkannya dengan suara yangs sangat merdu. Dengan apiknya Mita menyampaikan meteri sehingga semua peserta larut dan bisa berdendang bersama. Pada awalnya semua mengatakan tidak bisa, diakhir sesi justru semua peserta menyenandungkan dendang secara berkelompok berdasarakan asal kabupaten dan kota peserta. Di sinilah suasana semakin hangat dan semua larut dengan keceriaan badendang dengan narasumber yang masih sangat muda belia namun banyak prestasi ini. Kehangatan semakin terasa, ketika para peserta laki-laki 'merayu' narasumber nan cantik ini dengan pantun dan dibalas dengan dendang oleh Mita. Tidak terasa waktu cepat berlalu, dalam sesi ini. 



Mari Mandongen jo Basambah Kato 

            Tidak kalah menariknya, di hari ketiga mendatangkan narasumber berskala nasional juga yaitu kak Niki Martoyo seorang pendongeng yang berasal dari Padang Panjang dan sudah mendongeng ke berbagai daerah. Di hari itu, semua peserta juga diajak untuk membuat dongeng dan menyampaikannya secara langsung. Sangat menarik materi di hari itu, kita saja orang dewasa sangat suka didongengkan, apalah lagi anak-anak. Dengan cara instan pun para peserta mampu membuat dongeng masing-masing dan dikumpulkan sebagai bentuk hasil dari bimtek ini.  Tidak hanya menuliskan, namun juga menampilkan dongeng yang ditulis dihadapan semua peserta. Sangat apiknya kak Niki menyampaikan materi, diiringi dengan ice breaking  membuat peserta menjadi semangat. 

        Sesudah materi dari kak Niki, dilanjutkan materi dari Bapak Irwan Malin Basa yaitu dosen UIN Batusangkar yang juga seorang praktisi dan Tim Ahli Cagar Budaya Sumatra Barat. Pak Malin menyampaikan materi dengan diawali penjelasan dasar hukum, bahwa pidato adat dan pasambahan adat ini memang harus diajarkan dan dilestarikan dari generasi ke generasi. Ini sesuai dengan UU nomor 5 tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan. Dengan sangat jelas beliau mejelaskan perbedaan pidato adat, pasambahan dan tagua managua. Beliau juga menjelaskan silabus bagaimana cara mengajarkan dan mengenalkan pidato adat ini kepada anak. "Jangan dinilai isi atau cara anak tampil," kata beliau. Namun mereka sudah tahu dan mau menyampaikan saja pidato adat atau pasambahan itu saja sudah merupakan nilai. Untuk bagus atau tidaknya seoranga anak bisa berpidato adat, biarlah nanti masyarakat yang akan menilai papar Pak Malin. 



Babaleh Pantun 

        Sesi terakhir di hari keempat, Bimtek semakin seru dengan kegiatan berbalas pantun. Materi ini dipandu dan disampaikan oleh Cik Indun yang bernama panjang Jawahir, SS yang berasal dari Solok. Beliau adalah pendiri ruang baraja literasi tradisional (BIJO), dan juga sangat lihai badendang. Kegiatan di hari terakhir semakin hangat karena ada salah seorang peserta yang menyampaikan pantun merayu kepada narasumber. Dibalas dan saling berbalas pantun secara spontan tanpa konsep, dengan sangat lihai Pak Yos dari Pasaman berbalas pantun dalam kegiatan ini. Cik Indun memaparkan bagaimana cara membuat pantun, cara mengajarkan pantun kepada siswa dan bagaiaman cara membaca pantun dengan cengkok bapantun Minang yang baik. 

Penutupan 

        Kegiatan Bimtek berakhir dengan mengharu biru, karena masing-masing peserta merasa sudah dekat satu dengan yang lainnya. Pak Imron Hadi sebagai ketua pelaksana dari balai bahasa juga sangat mengayomi para peserta dengan sangat ramah dan menyenangkan. Beliau juga menanggapi dan memberikan penjelasan berbagai pertanyaan peserta yang berkaitan dengan penggunaan berbagai langgam dan dialek bahasa Minangkabau dari berbagai daerah. Akhir dari bimtek ini adalah pengimbasan secara langsung kepada siswa di kelas, baik bacarito , badendang, bapantun dan juga pasambahan adat. Semoga dengan adanya kegiatan Revitalisasi bahasa Minangkabau ini, bisa kembali mengenalkan dan melestarikan kembali bahasa Minang di Sumatera Barat.  



Sumber Poto: Koleksi Pribadi dan Grup Wa 

1 komentar: