Guru Pelukis dan Penulis Masa Depan
Guru
adalah seorang profesional yang bertugas mendidik, mengajar, membimbing dan
menjadi suri tauladan bagi anak didiknya. Namun dalam arti luas, siapa saja
yang memberikan pengetahuan dan mengajarkan suatu ilmu adalah guru, walaupun di
luar lingkungan lembaga pendidikan formal. Guru
adalah seorang seniman, pelukis dan penulis bagi masa depan anak didiknya.
Tidaklah salah adagium pembuka tulisan ini, bersama guru dan di bawah didikan
gurulah mereka bisa berproses dan bisa melakukan inovasi dan kreativitas dalam
pembelajaran yang dilakukan di lingkungan sekolah. Melalui bekal dan arahan
serta penanaman karakter dari gurulah mereka bisa menjalani kehidupan yang
lebih baik di masa depan mereka kelak.
Berbicara tentang guru tidak bisa
dilepaskan dari sosok seorang yang berilmu, berwawasan luas di bidang tertentu,
berjasa mengantarkan orang lain kepada kebaikan, dan mencegah dari keburukan.
Sebab hanya orang-orang yang berilmu, berwawasan luaslah yang menginginkan
kemuliaan di sisi Allah swt. Sebagai agama yang mulia, Islam mendorong sekali
umatnya menjadi seorang pendidik yang berilmu, menyuruh kepada kebaikan,
mencegah dari keburukan. Bahkan, mereka digolongkan sebagai orang-orang
beruntung, baik di dunia maupun di akhirat.
Kenapa guru disebut juga profesi
yang mulia? Karena guru adalah orang yang memiliki ilmu dan menyebarkannya
kepada oarng lain, atau siswanya. Maka keunggulan orang berilmu akan dimintakan
ampunan oleh semua yang ada di langit dan bumi. Siapa penduduk langit? Ya
malaikat. Kalau penduduk langit saja sudah memuliakan guru apalah lagi penduduk
bumi. Hal ini juga terdapat dalam hadist “Siapa saja yang dikehendaki Allah
menjadi oarng baik, maka ia mulai diberi pemahaman dalam urusan agama (ilmu).”
Sebagai orang yang merintis dan mengajak kepada kebaikan,
guru dan orang yang berilmu berhak mendapat balasan sebagaimana yang
digambarkan dalam sabda Rasulullah saw, “Siapa saja yang menempuh jalan
kebaikan, maka dia mendapat pahalanya, sekaligus pahala orang yang turut
mengikutinya, tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun,” (HR.Ibnu Abi
Syaiban). Selain itu, orang yang berilmu dan mengajarkan ilmunya juga mendapat
perlakuan istimewa dibanding yang lain. Salah satunya adalah masuk surga tanpa dihisab. Hadist juga mengatakan
bahwa pada hari kiamat, tinta orang-orang yang berilmu ditimbang dengan darah
para syuhada.
Kenapa
Menjadi Guru? “Karena di
setiap butir keringat guru ada kristal cemerlang pahala penyala masa depan
bangsa” kata Anis Baswedan mantan mentri pendidikan Indonesia. Ketika
ditanya kepada anak-anak, “Kamu mau jadi apa ketika besar nanti?” hampir semua
menjawab, Ingin menjadi dokter, jadi pengacara, jadi pengusaha, dan berderet
profesi hebat di kepala mereka, dan hanya dihitung jari yang ingin menjadi
guru. Bahkan di spanduk di tepi jalanpun pernah diihat kalimat. Kalua mau menjadi pengumpul uang jadilah
pengusaha! Kalau mengumpulkan amal kebajikan jadilah guru!´Yah, kalau ingin
kaya jangan menjadi guru, jadilah pengusaha. Menjadi guru tidak akan bisa kaya,
karena gaji guru masih rata-rata dibandingkan dengan profesi profesional
lainnya yang bisa sampai belasan juta. Namun untuk menjadi guru tidak hanya
bisa diukur dari uang yang diterima, karena menjadi guru adalah sebuah pilihan
yang mulia.
Kenapa
menjadi guru? Karena terpaksa, karena tidak ada lagi pekerjaan lain, karena
coba-coba ikut tes dan lulus, sertas segudang alasan lain, orang menjadi guru.
Sangat banyak mereka yang secara tidak sengaja menjadi guru, seperti alasan di
atas. Mereka terpaksa menjadi guru karena tidak ada lagi pilihan. Namun
kenyataan berkata sebaliknya, walaupun tidak sengaja menjadi guru, karena
menyelami secara langsung kehidupan guru sehingga tidak sedikit dari mereka
yang jatuh cinta dengan profesi ini. Kalau niat ingin kaya jangan menjadi guru.
Karena guru adalah sebuah profesi yang tidak tinngi bayarannya dibanding
profesi lainnya, namun menjadi guru adalah sesuatu yang tiada duanya jika
dijalani dengan hati. Karena mata hati guru yang sucilah yang bisa mengubah dan
mengarahkan kehidupan individu untuk menjalani masa depan yang cemerlang.
Tidak
semua orang bisa menjadi guru, dan tidak semua orang juga sanggup berdiri di
depan puluhan mata yang menanti di ruang kelas setiap hari, dengan penuh harap.
Menjadi guru adalah ladang amal karena memberikan ilmu yang bermanfaat bagi
banyak orang. Bukankah dalam agama kitapun dikatakan salah satu amal yang akan
dibawa ke akhirat adalah ilmu yang bermanfaat, bukankah dengan menjadi guru
satu kaki kita sudah ada di pintu surga? Tergantung amalan kita yang akan
mengangkat kaki itu masuk keduanya ke surga atau ke neraka. Jadi para guru
bersyukurlah dan berbanggalah kita yang bisa diamanahkan untuk menjalani
profesi ini. Bekerjalah dengan hati dan tulus ikhlas untuk kebaikan siswa kita
semua.
Menjadi
guru adalah ladang amal tersbesar, jika dilakukan dengan ikhlas. Karena hanya
seorang gurulah yang bisa mengubah dan mengarahkan karakter seorang siswa. Guru
yang pedulilah yang dengan spontan menegur siswa yang berbuat salah dan berlaku
curang. Guru adalah orangtua kedua bagi siswa, semua perkataan guru akan selalu
di dengar oleh siswanya, bahkan di kepala siswa mereka lebih takut dan patuh
kepada gurunya dari pada kepada orangtuanya. Masih teringat di benak kita
bagaimana dulu, kata-kata guru adalah perintah. Tidak mau shalat, dibilang sama
Buk guru, maka akan dengan cepat langsung dikerjakan, tidak mau membuat PR,
dibilang sma Buk guru, maka secepat kilat dikerjakan. Bahkan jika jalan mencari
PR pun berbeda tetap guru jualah yang di ikuti, walaupun hasilnya nanti sama.
“Kata buk guru tidak seperti itu.” Dengan polosnya bibir-bibir kecil kita
berujar.
Namun
demikian, tidak sedikit pula guru yang dibenci oleh siswanya, tidak sedikit
perkataan guru, dan tindakan guru yang membekas ke hati para siswanya dan
membawa dendam ke seumur hidup mereka. Jika siswa tersebut menjadikan kata-kata
guru itu sebagai motivasi, maka mereka akan berhasil. Terlepas dari apa
perkataan gurunya ketika di ruang kelas. Misalnya, ada guru yang berkata, “Kamu
tidak akan bisa menjadi dokter, jika soal begini mudah saja tidak bisa
mengerjakan!” Nah, setelah 10 tahun
kemudian si anak membuktikan kepada gurunya tersebut, kalau dia berhasil
menjadi dokter, dan menemui guru yang melukai hatinya dulu, dan menjadikan
kata-kata guru tersebut menjadi motivasi. Ada juga kata-kata guru yang memang
menghancurkan masa depan anak. Karena dengan kata-kata guru membuat dia jatuh
dan merasa tidak dihargai.
Banyak
anak-anak yang putus sekolah, dikarenakan salah satunya karena tidak senang dan
nyaman dengan guru yang mengajarnya. Banyak guru yang hanya memvonis siswa
tanpa tahu sebab siswa itu berbuat sesuatu yang di luar batas. Bahkan di
tingkat SMP, yang notabene semua adalah
para remaja yang baru menginjak usia aqil balig, akan sangat banyak tingkah
polah mereka dalam kesehariannya, yang menguji iman kita para gurunya. Jika
kita sebagai guru tidak bisa mendidik dengan hati, maka rasanya tempat kerja
sudah sebagai siksaan saja. Nah, sekarang bagaimakah cara kita menjadi seorang
guru yang patut di tiru dan di gugu?
Silakan tanyakan ke dalam hati masing-masing.
Terbit di Singgalang
Tidak ada komentar